Rabu, 21 Maret 2012

Awas! Darah Bisa Stress, Bekam Solusinya

Awas darah stressss
Selama ini istilah stress lebih dikenal sebagai kondisi kejiwaan. Ternyata lebih dari itu stress juga dialami darah yang mengalir di tubuh kita, terutama bila darah merespon materi buruk yang masuk, diantaranya asap rokok.

Pada umumnya para perokok berharap dengan menghisap asap tembakau tersebut akan menurunkan ketegangan, lebih rileks dan sebagai teman saat berfikir, kawan saat sendiri atau ketika dicekam dingin, sehingga bagi sebagian orang rokok sudah menjadi kebutuhan. Namun ironisnya, ketika orang tersebut mencoba meredakan stress kejiwaan dengan merokok justru malah stress tersebut berpindah pada sel darah merah di tubuhnya.      Dampak stress yang menyerang darah juga tidak kalah fatal, dalam jangka waktu lama hal ini akan menjadi pencetus terjadinya kanker. Na’uzu Billahi Minzalik…
Stress pada sel darah merah adalah sebuah realita. Sel darah dikatakan mengidap stress ketika terjadi perubahan sel darah normal yang mengalami stress oksidatif , atau  berubahnya ikatan kimia darah akibat serangan senyawa radikal bebas yang memicu oksidasi. Stress oksidatif yang menyerang darah dapat merubah lingkungan darah dan mengakibatkan sel darah merah menyimpang dari homeostasis (reaksi alami tubuh yang mempertahankan konsentrasi zat di tubuh agar senantiasa konstan). Sementara penyimpangan homeostasis tubuh dapat merugikan sel darah merah.
Metabolisme oksigen di dalam sel darah merah merupakan rangkaian proses yang kompleks dan saling terkait serta berlangsung terus selama 120 hari. Kerusakan pada sel darah merah dapat menganggu fungsinya yaitu mengantarkan oksigen untuk pernapasan bagi sel. Untuk melindungi sel darah merah, di dalam sel darah merah terdapat senyawa antioksidan alami dengan kadar yang tinggi meliputi superoxide dismutase (SOD), catalase dan glutathion peroxidase (GPx). Oleh sebab itu dapat dikatakan sel darah merah merupakan sel tubuh yang berfungsi sangat vital.
Sel darah merah adalah  salah satu sel yang sangat rentan terhadap radikal bebas. Sel darah merah tidak mempunyai inti sel. Jika terjadi kerusakan akibat polusi asap rokok, emisi kendaraan, makanan dan minuman yang tidak sehat dan lain-lain,  dia tidak dapat mempertahankan kadar antioksidan (yang normalnya didapat secara alami) tersebut dengan cara mensintesisnya.
Sel darah merah dapat beradaptasi ketika terjadi serangan agen yang menyebabkan oksidasi sel. Namun, apabila oksidasi sel melebihi batas toleransi sel darah merah akan gagal beradaptasi. Hal ini biasa terjadi ketika interaksi dengan stressor (penyebab stress oksidatif) berlangsung lama dan dengan intensitas yang kuat sehingga sel darah merah mengalami exhausted (kelelahan). Jika hal ini dibiarkan terjadi dalam waktu lama akan terjadi denaturasi spektrin (kerusakan dinding) sel darah merah yang bersifat permanen dan menurunkan fungsi sel darah merah dalam menopang kehidupan.
Interaksi stressor yang berlangsung lama semisal akibat kebiasaan merokok menyebabkan penurunan kadar catalase dan GPx. Menurunnya zat antioksidan pada  tubuh meningkatkan kadar molekul H2O2 di dalam sel darah merah. Selain itu, bahan-bahan carsinogenic (pemicu kanker) yang terdapat di dalam rokok, seperti nikotin juga berperan dalam menambah konsentrasi radikal bebas.
Tingginya kadar nikotin meningkatkan terbentuknya H2O2 (radikal bebas) yang dapat merusak membran spektrin sel darah merah. Spektrin yang rusak dapat dilihat dari banyaknya sel darah merah yang tidak lolos saring. Bahkan pada perokok, kadar H2O2 semakin bertambah banyak oleh karena asupan nikotin 30-90 mg dari rata-rata  2-3 pak rokok yang dihisapnya setiap hari.
Sel darah merah bersifat elastis dan hal ini dapat dilihat pada proses penyaringan. Elastisitas darah merah akan menyebabkan penyesuaian diameter darah ketika melewati celah kapiler pada penyaringan dan secara spontan kembali ke  bentuk semula tanpa mengalami perubahan bentuk maupun fungsi.
Dari hasil penelitian dengan  subjek para perokok aktif dan orang yang bukan perokok sebagai pembanding dengan cara menyaring sel darah merah menggunakan membran polikarbonat berdiameter pori 5 µm  dengan tekanan konstan sebesar 100 mmHg dalam waktu  3 menit pertama, didapatkan merokok dapat mengurangi nilai sel darah merah yang lolos saring.
Untuk didapatkan nilai persentase darah yang lolos saring, darah diambil dari vena mediana cubiti manusia sebanyak 4 ml kemudian dimasukkan botol yang mengandung pelarut EDTA, lalu disaring  dan dibedakan sebagai darah lolos saring dan tidak lolos saring. Kemudian dihitung jumlah sel darah merah lolos saring (dalam persen) yang didapat dari rasio antara jumlah sel darah merah yang lolos saring dengan jumlah sel darah merah yang tidak lolos saring,  dikalikan 100%.
Pada perokok terjadi Penurunan elastisitas sel darah merah sampai 47%, dan penurunan elastisitas akan berdampak fatal bila penurunannya sampai 47%. Namun berapapun persentase penurunan nilai elastisitas sel darah merah tetap perlu diwaspadai karena akan mempendek umur sel darah merah. Oleh sebab itu wajar jika kebiasaan merokok ketika terjadinya stress akan melipatgandakan terjadinya serangan kanker. Hal ini dikarenakan pada kondisi stress sistem imunitas cenderung menurun, dan ini diperparah ketika jumlah antioksidan tertekan akibat tingginya kadar nikotin dalam darah. Perpendekan umur sel darah merah akibat menurunnya elastisitas sel darah merah juga akan melemahkan tubuh. Maka yang terbaik dalam menghadapi stress adalah memperbanyak ibadah dan menjauhkan rokok sebagai pereda stress.
Bekam Solusi Stress
Disamping itu solusi terbaik saat stress mendera adalah dengan cara berbekam. Bekam, selain meredakan ketegangan pembuluh darah, juga dapat mencegah peningkatan stress oksidatif pada sel darah merah. Pada hasil penelitian dengan metode penyaringan sel darah merah yang diambil dari subjek perokok dan non-perokok yang dibekam menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Bekam pada titik meridian (potent point) memicu terjadinya hipoksia dan pengeluaran darah rusak dari tubuh. Reaksi ini berfungsi untuk merangsang sumsum tulang segera menghasilkan sel darah merah yang baru (regenerasi erythrocit) melalui perangsangan hormon Eritropoietin. Sel darah merah generasi baru pada sirkulasi darah mengandung catalase dan Gpx yang normal. Selain itu sel darah merah  memiliki spectrin (dinding sel darah merah) yang masih utuh serta memiliki anti-oksidan yang masih dalam  kondisi baik sehingga dapat menjalankan fungsinya menetralisir radikal bebas secara optimal.
Hasil penelitian ini mengungkap satu lagi fakta keajaiban bekam. Terbukti sudah secara ilmiah bahwa bekam dapat mempunyai efek yang sangat penting untuk mempertahankan  homeostasis sel darah merah sehingga dapat mencegah terjadinya stress oksidatif pada sel darah merah. Hal ini mengakibatkan peningkatan jumlah sel darah merah yang lolos saring oleh karena tidak terjadi gangguan elastisitas sel darah merah. Dengan kata lain, bekam adalah solusi jitu untuk mengatasi stress, terutama stress pada darah merah.
Oleh: Wahyudi Widada, SKp., MKed (Dosen Patobiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah  Jember)
Disari dari Tabloid Bekam Edisi I/2011, Cetak Ulang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar